Dipandanginya wajah Si
Nenek dan Si Pengemis Tua berganti-ganti. Dia taksir umur Si Nenek
sedikitnya sepuluh tahun lebih tua daripada Si Kakek pengemis. Tiba-tiba
keinginan memberi uang kepada Si Kakek sirna. Wagenugraha semakin
mantap membelanjakan uangnya untuk membeli barang Si Nenek. Hari itu
Wagenugraha pulang membawa sebuah sulak bulu ayam yang akan dia taruh di
mushola dekat rumahnya sebagai pengganti sulak lama yang bulu-bulunya
sudah banyak yang lepas
Lima belas menit sebelumnya Wagenugraha melihat seorang nenek menyatukan kardus yang selesai dilipat dengan barang bawaan lainnya berupa belasan sapu ijuk dan sulak dari bulu ayam yang bisa dipergunakan untuk membersihkan rumah. Kemudian memanggulnya di punggungnya yang sudah sedikit bungkuk. Melihat itu, Wagenugraha langsung membatalkan keinginannya untuk memberi uang kepada si pengemis. Dia memanggil Si Nenek karena tergerak untuk membeli sulak sekedar untuk memberi tambahan penghasilan kepadanya.
Setengah jam sebelumnya, dalam perjalanan pulang sekolah Wagenugraha melihat seorang lelaki tua duduk bersila di bawah pohon besar di tepi trotoar, kepalanya menunduk menatap kaleng bekas yang dia pergunakan untuk menampung uang receh dari para pejalan kaki. Pakaiannya lusuh, dan sebuah topi lebar menutupi kepalanya hingga ke dahi. Melihat raut wajahnya walaupun hanya sebatas hidung hingga mulut, murid kelas dua SD itu tergerak untuk merogoh sakunya. Tenyata uang di sakunya tinggal selembar dua puluh ribu rupiah. Namun sebelum memberikan uangnya kepada pengemis tua, Wagenugraha melihat seorang nenek yang sibuk melipat kardus hanya beberapa meter di dekat si pengemis (Undil - Februari 2013).
tags: cerita pendek flashback, cerpen flashback, contoh cerita flashback
Lima belas menit sebelumnya Wagenugraha melihat seorang nenek menyatukan kardus yang selesai dilipat dengan barang bawaan lainnya berupa belasan sapu ijuk dan sulak dari bulu ayam yang bisa dipergunakan untuk membersihkan rumah. Kemudian memanggulnya di punggungnya yang sudah sedikit bungkuk. Melihat itu, Wagenugraha langsung membatalkan keinginannya untuk memberi uang kepada si pengemis. Dia memanggil Si Nenek karena tergerak untuk membeli sulak sekedar untuk memberi tambahan penghasilan kepadanya.
Setengah jam sebelumnya, dalam perjalanan pulang sekolah Wagenugraha melihat seorang lelaki tua duduk bersila di bawah pohon besar di tepi trotoar, kepalanya menunduk menatap kaleng bekas yang dia pergunakan untuk menampung uang receh dari para pejalan kaki. Pakaiannya lusuh, dan sebuah topi lebar menutupi kepalanya hingga ke dahi. Melihat raut wajahnya walaupun hanya sebatas hidung hingga mulut, murid kelas dua SD itu tergerak untuk merogoh sakunya. Tenyata uang di sakunya tinggal selembar dua puluh ribu rupiah. Namun sebelum memberikan uangnya kepada pengemis tua, Wagenugraha melihat seorang nenek yang sibuk melipat kardus hanya beberapa meter di dekat si pengemis (Undil - Februari 2013).
0 komentar:
Post a Comment