The Rest of Shinichi: Ketika Shinichi terdampar di Pulau Terpencil

Pernahkan terbayangkan kehilangan semua yang dimiliki saat ini dan tetap dapat hidup normal tanpa merasa terusik. Bayangkan bila Shinichi Kudo tiba-tiba terdampar di sebuah pulau kecil di tengah lautan yang belum pasti 10 tahun sekali ada kapal yang singgah di daratan yang tandus itu. 

Shinichi hanya berbekal barang yang melekat ditubuhnya, bahkan bahasa-pun nyaris tak dapat digunakan karena penduduk asli menggunakan bahasa lokal yang masih primitif. Mendadak Shinichi tak dapat menggunakan semua hasil pendidikan dan ketrampilan yang dimilikinya dan harus mengandalkan kesediaan para penduduk pribumi untuk mengajari-nya bertahan di pulau itu.

^_^

Hal yang pertama yang harus dilakukan adalah menggunakan bahasa-bahasa isyarat dasar seperti tersenyum sebagai tanda "Aku adalah sahabatmu", mengangguk sebagai tanda dukungan dan menggeleng sebagai tanda "Kalau boleh aku tidak melakukan itu". Semua itu dilakukan dengan hati-hati karena Shinichi sangat bergantung kepada mereka, mulai dari sumber makanan sampai tempat berlindung saat badai mengamuk. 

Tak terbersit lagi keinginan untuk memilih-milih teman atau berteman dengan orang-orang yang menyenangkan saja, karena Shinichi sebagai orang asing tak bisa bergantung pada beberapa orang saja. Dia butuh mereka semua karena pola hidup mereka yang nomaden dan secara bergantian pergi untuk berburu membuat Shinchi harus berganti-ganti rumah yang ditumpangi.

Di lingkungan baru tersebut sebagian orang menyambut Shinichi dengan baik, ada yang dengan senang hati menolong bahkan ada yang terasa berlebihan dalam memberi perhatian pada Shinichi. Sebaliknya ada juga orang-orang yang terlihat acuh tak acuh, dan tentu saja ada yang merasa gerah dengan keberadaan Shinichi. Bukan saja karena mereka merasa "sumber dayanya" harus dibagi, tetapi juga karena setiap sesuatu yang diperoleh Shinichi ada kemungkinan dulunya biasa diraih oleh orang lain, akibatnya Shinichi dimata mereka mungkin tak lebih dari seekor hama.

Tentunya tak perlu tanya cara berhadapan dengan orang-orang yang ramah dan baik, karena untuk itu nyaris tak butuh ketrampilan tambahan. Tetapi bagaimana cara berhadapan dengan orang-orang yang "mengasah kukunya" di depan Shinichi adalah sebuah pertanyaan besar. Apalagi buat Shinichi yang sebelumnya punya keleluasaan memilih teman di kehidupan normalnya. Biasanya dia cukup berhubungan dengan orang-orang yang "kurang cocok" untuk sebuah urusan kerja saja, paling-paling ditambah beberapa hari sebelum dan sesudah urusan itu selesai.

Namun kini Shinichi harus bergaul bahkan bergantung pada mereka setiap hari. Sebuah kondisi yang membuat Shinichi harus mendefinisikan ulang "hubungan dekat" bukan lagi hubungan menyenangkan dengan orang-orang yang cocok dan disukainya. Tetapi adalah hubungan saling memberi dan menerima dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. 

Shinichi tak sempat lagi memperhatikan apakah orang itu menyenangkan atau tidak, tetapi apakah orang itu memiliki tujuan yang sama yaitu kelangsungan hidup mereka di pulau terpencil yang selalu dihantam badai dan kekurangan makanan itu. Dan Shinichi juga harus belajar menerima bahwa beberapa "perlakuan buruk yang sangat menyebalkan" adalah hal yang wajar dalam sebuah hubungan (nl)

0 komentar:

Post a Comment