Segitiga Haibara

Di Bis yang membawanya pulang ke kampung halaman-- Shinichi Kudo mulai mengenal Haibara. Kesan pertama orangnya simpel dan efisien karena hanya membawa ransel kecil-- tanpa bekal makanan dan minuman. Perbincangan sepanjang perjalanan membawa Shinichi berkelana ke “Dunia Haibara”. Gadis berambut lebat itu sudah satu setengah tahun bekerja di bagian billing sebuah perusahaan telekomunikasi. Lulusan akuntansi sebuah universitas besar tersebut bekerja dengan dibantu 8 orang teman, dus sebagai Supervisor dia bertanggung jawab terhadap hasil kerja di bagiannya.

Setelah hampir dua jam Shinichi bercerita tentang pekerjaannya sebagai “Koboi di peternakan bakteri”, tibalah giliran Haibara bercerita tentang dirinya. Setahun silam bisa pulang ke kota kelahiran pada saat long weekend hanyalah sebuah impian. Pekerjaan hari kemarin yang menumpuk, ditambah lagi pekerjaan baru yang harus segera diselesaikan membuat Haibara selalu megap-megap. Apalagi setelah Bos-nya ditarik ke kantor pusat, semua pekerjaan beralih ke Haibara dan akibatnya dia tak punya waktu selain untuk kegiatan rutin. Hari-hari yang dilaluinya hanyalah tenggelam dalam pekerjaan rutin yang seolah tak ada habisnya.

^_^

“Namun itu cerita masa lalu” kata Haibara sambil tertawa renyah. Tawa renyah dan keceriaan khas orang-orang sanguinis--membuat perjalanan malam itu berubah jadi “sebuah perjalanan piknik yang seru” bagi Shinichi. Genap setahun keteteran dalam bekerja, Haibara mulai melakukan inspeksi diri. Dikunjunginya toko buku dan mulailah browsing buku-buku manajemen. Kemudian ditemukannya sebuah kosa kata “Delegasi”. Nah, mulai saat itu Haibara mencoba mendelegasikan sejumlah pekerjaan rutin pada teman- temannya. Sebulan pertama pekerjaan terasa berkurang. Namun kemudian justru menumpuk di penghujung bulan. Banyak kesalahan pada pekerjaan yang dialihkan pada teman-temannya. Terpaksa berhari-hari dia hanya tidur 2 - 3 jam agar dapat secepatnya mengoreksi pekerjaan yang telah dikejar tenggat waktu.

Pengalaman pahit yang membuat Haibara kembali melakukan perburuan di toko buku dan membuka kembali buku-buku kuliahnya. Akhirnya dia menemukan jawabannya, yaitu porsi pelatihan yang kurang. Mulailah setiap pagi menjelang bekerja-- Haibara mendisiplinkan diri untuk menyediakan waktu-- melatih teman-temannya. Bulan-bulan berikutnya hasilnya mulai terasa. Sedikit demi sedikit kesalahan kerja mulai berkurang dan beban kerja Haibara pun tak seberat dulu lagi. Mulai tersedia waktu luang untuk mengerjakan lebih dari sekedar pekerjaan rutin. Sayangnya masih ada masalah yang mengganjal, yaitu setiap akhir bulan ada saja pekerjaan yang bolong-bolong, kesalahan di sana sini yang membuat Haibara kelabakan dalam membuat review akhir.

Kali ini Haibara secara khusus mendatangi perpustakaan besar milik program magister manajemen sebuah universitas di pusat kota, untuk mencari jawaban atas masalahnya. Sampai ditemukannya belasan buku yang berbicara tentang supervisi. Sama persis dengan nama jabatannya “Supervisor”. Rupanya aktifitas kunci yang selama ini terlewatkan oleh Haibara adalah “Supervisi Intensif” pada teman-temannya. Yang biasa dilakukannya hanyalah supervisi di akhir bulan, yang kadangkala berubah menjadi “pengadilan” atas hasil kerja teman-temannya. Padahal kesalahan yang terjadi sebenarnya dapat cepat terdeteksi dan diperbaiki andaisaja Haibara rajin melakukan supervisi.

^_^

“Pelatihan-Delegasi-Supervisi adalah tiga rahasia terbesar yang berhasil kutemukan dalam satu setengah tahun masa kerjaku” kata Haibara dengan riang. “Resep rahasia yang sebenarnya telah tersedia di rak-rak toko buku dan perpustakaan di sekitar kita” tambahnya sambil memutar-mutar bola matanya yang legam seolah ingin memberi tekanan bahwa informasi itu begitu dekat. Menurut Haibara waktu luang untuk melakukan langkah-langkah memajukan bagiannya, kesempatan untuk mengembangkan diri, serta para pekerja yang dapat diandalkan adalah manfaat yang dipetik dari penerapan tiga resep yang malam itu dibagikan dengan senang hati pada Shinichi (nl)

0 komentar:

Post a Comment