Shinichi's Labyrinth

Malam itu Shinichi Kudo “diadili” oleh tiga hakim sekaligus. Maruko, Shinobu dan Hiawata. Ketiganya kesal dengan kelambatan Shinichi dalam mengambil keputusan. “Hanya untuk mengambil keputusan sekecil itu saja kau tempuh jalan berliku-liku yang rumit dan bikin pusing. Terlalu banyak pertimbangan yang sebagian diantaranya menggelikan. Bayangkan bila sifat itu dimiliki orang yang berperan penting di perusahaan. Misalnya seseorang yang berwenang memilih produk yang akan diluncurkan ke pasar dari sejumlah produk baru yang telah lulus uji klinis. Bisa-bisa pasar telah di blok oleh pesaing karena keputusan dibuat sangat lambat” kata Maruko dengan jengkel.

Shinobu menyambungnya dengan mengatakan Shinichi tak berani mengambil resiko. Resiko itu harus diterima dengan berani. Apapun keputusanmu selalu ada saja resiko. Karena kita tidak mengetahui semua informasi, dan kita tidak akan pernah mengetahui semua informasi. Yang dapat kita lakukan hanyalah mengumpulkan informasi secukupnya untuk kemudian memberanikan diri mengambil keputusan. Jangan tergoda untuk terus mengumpulkan informasi, tanpa keberanian menerima tantangan mengambil keputusan. Toh harga yang dibayar oleh penundaan bisa jadi jauh lebih mahal bila dibanding kerugian akibat keputusan yang kurang tepat.

Terakhir Hiawata menyatakan pendapatnya bahwa Shinichi tak mau melepas satu hal untuk mendapat hal yang lain. Setiap pilihan memiliki sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif tersebut berbeda-beda antar pilihan, dan celakanya Shinichi menginginkan semua sisi positif berkumpul pada satu pilihan. Itu tak mungkin. Dia harus memilih satu dan melepas yang lain. “Kau harus belajar merelakan yang lain karena telah memilih salah satu” kata Hiawata dengan gemas.

^_^

Shinichi tertawa mendengar “petatah petitih” tiga orang temannya. Bukannya dia tidak tahu bahwa dirinya memiliki jalan yang berliku-liku didalam benaknya setiap akan mengambil keputusan. Hal itu sudah disadarinya sejak sekolah menengah atau bahkan lebih awal lagi. Dahulu kala Shinichi kecil harus diantar memasuki hampir seluruh toko di Malioboro hanya untuk memilih sepotong baju atau celana. Kebiasaan yang baru bisa diakhiri dengan penuh kesadaran pada waktu Shinichi beranjak dewasa. Dan kini kebanyakan keputusan-keputusan bisa dibuatnya lebih cepat. Namun sesekali Shinichi masih terombang-ambing perasaan hingga lambat dalam mengambil keputusan.

Malam itu juga Shinichi mengambil keputusan tempat kost baru yang dipilihnya selepas dari tempat kostnya sekarang. Ketiga temannya tertawa geli melihat mereka berhasil mem “forced” pengambilan keputusan Shinchi. “Begitu dong, memilih tempat kost kok kaya mau pindah kerja saja. Just Do It” kata Maruko yang diikuti tawa mereka berempat (nl)

0 komentar:

Post a Comment