Win-win Solution Ala Ishida

Seperti dugaan Ishida, tak sampai tiga bulan setelah dirinya membuka toko voucher pulsa dan jual beli handphone, belasan tetangga di sepanjang jalan Sakurato ikut-ikutan membuka toko serupa. Akibatnya terjadilah persaingan sengit yang membuat mereka berlomba-lomba banting harga. Keuntungan tipis dan naga-naganya modal tak akan balik dalam waktu singkat.

Pada bulan kelima, tiba-tiba Ishida beralih menjual pakaian murah meriah impor dan lokal. Melihat larisnya toko Ishida, sebagian tetangga ikut-ikutan beralih membuka outlet pakaian murah meriah. Bahkan rata-rata menanam modal sangat besar untuk ukuran Ishida, dengan ruangan toko jauh lebih besar dan lebih lengkap dibanding toko Ishida yang ala kadarnya. Wajarlah bila para pekerja pabrik yang sebelumnya belanja baju di tempat Ishida beralih ke toko-toko baru tersebut. Namun Ishida tidak merasa terusik. Semua telah diperhitungkan dengan masak karena Ishida menyadari modalnya jauh lebih kecil dibanding tetangga-tetangganya yang lebih kaya.

^_^

Hanya setahun Ishida buka toko pakaian. Kiosnya berubah lagi menjadi sebuah bakery yang menyediakan aneka roti dan snack yang juga menerima pesanan. Kali ini modal yang ditanam Ishida cukup besar sehingga tokonya tampil apik dan lengkap. Konsumen pun datang berduyun-duyun karena belum ada toko roti di kawasan jalan Sakurato yang kiri kanannya dipenuhi tempat kontrakan para pekerja pabrik. Tak ada satu pun tetangganya yang ikut-ikutan membuka toko roti. Penyebabnya sederhana saja. Mereka telah menanamkan modal habis-habisan di handphone dan toko baju. Tak ada cukup modal lagi untuk banting stir ke bisnis baru. Disamping itu mereka juga mulai menikmati sedikit keuntungan dari bisnis mereka sehungga tidak mudah tergoda untuk beralih ke bisnis lain.

Pada saat membuka toko handphone dan toko baju murah meriah, Ishida hampir tidak mengeluarkan modal selain membangun ruangan toko. Semua barang adalah titipan dari toko teman-temannya. Tujuan utama Ishida adalah memperlihatkan prospek bisnis handphone dan baju kepada para tetangganya. Dia sangat menyadari fenomena bahwa para pekerja yang tinggal dikawasan itu bukan saja membutuhkan barang-barang sangat primer seperti makanan. Mereka juga butuh baju-baju yang cukup bagus untuk dirinya dan keluarganya. Rata-rata mereka telah memiliki handphone yang pasti membutuhkan toko-toko voucher, ringtone, aksesoris dan juga penyedia handsetnya. Selama ini mereka harus ke pusat kota untuk mendapatkannya.


Sebenarnya dari semula Ishida ingin membuka toko roti. Tak lama setelah istrinya selesai mengikuti kursus pembuatan roti yang biayanya sangat mahal untuk ukuran koceknya. Namun Ishida teringat cerita Shinichi Kudo tentang bisnis seorang temannya yang tutup karena tetangganya ikut ikutan membuka bisnis serupa. Ishida tahu persis hal itu juga akan terjadi pada dirinya. Bila dia langsung membuka toko roti, akan segera diikuti para tetangganya yang bermodal lebih besar. Akibatnya displai tokonya akan kalah dibanding mereka. Konsumen akan cenderung pergi ke toko yang lebih besar dan lebih lengkap. Dengan alasan itulah Ishida sengaja memberi contoh kepada tetangganya, bisnis-bisnis yang berprospek bagus namun tidak diminatinya.

Seperti harapan Ishida, tetangganya meniru bisnis pertama dan keduanya. Kini mereka mendapatkan tambahan sumber pendapatan dari bisnis handphone dan toko baju. Dan toko roti Ishida yang masih tertatih-tatih-pun tidak mendapat saingan bermodal besar, sehingga dapat leluasa berkembang. NL. makmur-14 bandung


0 komentar:

Post a Comment