Romo Wage dan Pembaruan Cara Penanganan Hewan Kurban


Sepulang dari Jogja, Romo Wage mendapat ide baru untuk memperbaharui tatacara penanganan hewan kurban dan pembagian daging kurban di masjid dekat rumahnya.  Hasil perbincangannya dengan seorang ustadz di Jogja telah membukakan matanya tentang penatalaksanaan hewan kurban yang dianggapnya lebih baik daripada yang sekarang dia lakukan.



Maka selaku ketua takmir masjid, Romo Wage (Romo = panggilan untuk bapak dalam Bahasa Jawa) mengumpulkan pengurus masjid yang lain. Kemudian Romo Wage menguraikan hal-hal yang baru dipelajarinya selama di Jogja.  Seperti yang diduga oleh Romo Wage, para pengurus yang lain sangat antusias dengan ide pembaruan itu. Mereka sangat suka sekali Masjid ini akan menjadi masjid perintis yang menerapkan ide-ide baru di kota ini. Terutama para pemuda.  Pada dasarnya mereka selalu tertarik dengan ide-ide pembaharuan yang membuat segala sesuatu menjadi semakin baik.

Maka setelah beberapakali rapat koordinasi, pada hari yang telah ditentukan bergeraklah para panitia. Mereka bertekad menyukseskan ide-ide perbaikan ini. Hal-hal penting yang berubah dari tahun lalu adalah lokasi penyembelihan yang terpisah dari lokasi pemeliharaan hewan kurban. 

Hewan kurban ditambatkan di kebun mangga di samping kanan Masjid, sementara lokasi penyembelihan ada di halaman rumah warga di samping kiri masjid sehingga hewan yang belum disembelih tidak bisa melihat temannya yang sedang disembelih.  Hal ini untuk menyenang-nyenangkan hewan kurban dan menjaganya supaya tidak menjadi ketakutan dan stres melihat darah temannya yang mengalir.

Lokasi tempat memelihara hewan kurban sebelum disembelih-pun dibuat cukup layak. Dipasangkan terpal untuk melindungi hewan kurban dari panas matahari dan hujan sehingga tidak ada lagi kasus hewan yang sakit atau mati karena kehujanan.  Juga disediakan makanan dan minuman yang cukup,  disamping tempat senantiasa dijaga kebersihannya dengan dibersihkan dua kali sehari pagi dan sore.  Pada intinya hewan kurban diperlakukan dengan sangat baik, dan diberi fasilitas yang layak sebagai perwujudan rasa kasih sayang pada sesama makhluk.

Perubahan yang lain adalah pembagian daging kurban. Jika tahun lalu para calon penerima daging kurban datang ke masjid untuk mendapatkan daging kurban, kali ini daging diantar ke rumah masing-masing.  Dampaknya panitia harus menambah satu seksi lagi yaitu seksi distribusi hewan kurban. Namun hal itu dengan mudah teratasi karena ada ratusan pemuda yang berminat jadi panitia.

Keuntungan dari pembagian dengan diantar ini adalah panitia jadi tahu kondisi sebenarnya dari calon penerima hewan kurban.  Apakah mereka ke depannya perlu bantuan-bantuan lain ataukah tidak. Juga bermanfaat untuk menjaga harga diri para penerima daging kurban.   

Dengan diantar ini orang yang dulunya gak dapat pembagian daging kurban karena malu harus antri di masjid, menjadi dapat ikut berlebaran menikmati hidangan daging kurban seperti yang lain. Tidak ada lagi cerita orang berjubel, saling dorong  dan berdesak-desakan untuk berebut daging kurban. Distribusi daging kurban tertib diantar ke alamat masing-masing  sesuai data calon penerima daging kurban yang telah disusun panitia jauh hari sebelum pelaksanaan kurban.
^_^

Metode yang diterapkan Romo Wage ternyata menjadi buah bibir di kotanya. Masjid-masjid yang lain tertarik untuk menerapkan cara itu untuk menggantikan metode lama yang dipandang sudah perlu diperbaharui .  Maka para pemuda masjid dengan antusias berbagi ilmu dengan para takmir masjid-masjid lain yang ingin meniru cara penanganan kurban seperti di masjid yang dipimpin Romo Wage (undil 2012)

gambar diolah dari supercoloring

1 comment: