Nasib barang Rifka


Rifka akhirnya angkat tangan dan menyerahkan kepada adiknya untuk membereskan barang-barang yang ada di kosnya. Bukan untuk merapikan, tetapi menyingkirkan barang-barang tak terpakai yang telah memenuhi kamar kos ukuran 4 x 5 meter itu. Awalnya Rifka berniat pindah kost ke kamar yang lebih besar, tapi kata adiknya percuma. Kamar kost yang lebih besar pun akan segera penuh jika kebiasaan Rifka menumpuk barang-barang yang tidak terpakai masih diteruskan.



















 
Perjanjiannya Irma boleh menyingkirkan barang-barang tak terpakai tanpa boleh dihalangi oleh Rifka sepanjang Irma memiliki metode yang meyakinkan untuk memastikan barang tersebut tidak pernah dipakai.

Langkah pertama yang dilakukan Irma adalah mengumpulkan majalah dan koran yang ada di kamar Irma. Ternyata ada puluhan majalah SWA, Fortune, Times, Femina dan majalah wanita lainnya yang tersimpan rapi di lemari. Tanpa ampun mereka disingkirkan oleh Irma. Majalah lama itu hanya dikoleksi, gak mungkin dibaca kembali oleh Rifka. Kemudian rak buku diinspeksi, buku-buku yang telah berdebu pertanda sudah lama tidak dibaca mendapat giliran disingkirkan. Menurut Irma, mustahil buku berdebu itu bakalan dibaca oleh Rifka.

Upaya pemilahan buku berlangsung cepat. Dari lima shaft rak, ternyata hanya shaft teratas yang tidak berdebu. Empat baris di bawah berarti bisa disingkirkan. Kemudian dus-dus barang elektronik mendapat giliran disingkirkan. Sepatu yang jumlahnya belasan juga dipilih yang tidak berdebu, sisanya disingkirkan oleh Irma. Kasur busa yang dilipat di pojok kamar juga disingkirkan karena jejak sarang laba-laba menunjukkan sudah lama tidak dipakai.

Ketika memeriksa lemari barang, Irma mendapati PS2, PSP, binocular, CD player, iMac lama, monitor LCD, 2 buah printer deskjet, roller blade dan boneka-boneka yang sudah bau debu. Sepeda Cannondale dan TREK yang disimpan dalam posisi terbalik di atas lemari. Semuanya disingkirkan oleh Irma tanpa kompromi. Demikian juga dengan belasan mug dan gift lain kenangan masa kuliah Rifka disingkirkan. Setumpuk CD dan DVD jadul juga mendapat giliran diangkut. Stoples, piring, botol-botol antik, semua dipensiunkan oleh Irma.

Lemari pakaian adalah giliran terakhir. Baju-baju di rak terbawah langsung say hello kepada lemari yang bertahun-tahun dihuninya tanpa pernah seharipun ditinggal keluar karena tidak pernah dipakai. Selimut, sprei, sarung bantal dan bantal-guling lawas diambil. Pakaian lama yang kekecilan, pakaian yang salah beli, pakaian pemberian orang yang tidak cocok, dan setumpuk jaket almamater juga hengkang dari lemari. Kaos-kaos yang warnanya sudah mulai pudar juga disingkirkan. Kini tinggal tersisa seperempat pakaian yang menilik dari baunya yang masih bau pewangi pakaian, bukan bau kapur barus sehingga layak dipertahankan.

^_^

Saat Rifka pulang ke kostnya setelah dua hari sengaja pergi ke Jakarta untuk memperlancar kerja Irma -- kaget setengah mati. Dari semua barang yang dimilikinya tinggal seperlima saja yang tersisa. Lainnya dipacking dan dikirim ke Jogja. Memang begitu perjanjiannya. Semua barang yang dianggap tidak diperlukan akan dikirim ke rumah nenek di Jogja. Jika ternyata barang tersebut masih diperlukan maka akan dikirim balik ke Bandung.

Namun tidak ada pengiriman barang balik ke Bandung. Rifka menikmati kamar kostnya yang lapang. Puluhan majalah bisnis itu memang sudah tidak akan dibacanya lagi. Kaos-kaos kostum peninggalan sewaktu kuliah sudah tidak dia perlukan. Hanya menuh-menuhin lemari saja. Demikian juga mug kenangan dari sahabat-sahabatnya itu cukup fotonya saja yang dinikmati, gak usah barangnya. Ratusan buku yang sudah lama dibeli tetapi tidak pernah dibaca biarlah berada di meja orang lain untuk dibaca. PSP, CD player, DVD player dan sepeda gunung emang sudah saatnya menjadi milik orang lain.

Rifka rela berpisah dengan barang-barangnya karena dirinya bahagia dengan kamarnya yang bersih dan lapang (Undil - 2013)

Lukisan Stilleben mit Anemonen karya Claude Monet diambil dari wikipedia

0 komentar:

Post a Comment