Aku Bukan Ksatria Biru

Sebuah telepon masuk dari luar kota, kala Shinichi Kudo baru saja terbangun dari peraduannya.

“Hai Shinichi Kudo, Apakabar?”

“Hoo Baik banget! Wah dirimu masih hidup Ga?

“Dasar kunyil bodor! Masih hiduplah! Tapi aku kesindir berat nih ama kiriman e-mail Ksatria Biru-mu. Dapat dari mana sih tulisan kayak gitu?”

“Hehehehe! Padahal mengirim itu gak nyindir sapa-sapa loh!

“Ahh! Sejak kapan kamu gak nyindir sapa-sapa? Man of honour! Masak sih sampe segitunya!”

“Yah, begitulah pilihan Ksatria Biru”.

“Sampe mengorbankan diri untuk orang yang memperlakukan kita dengan buruk?”

“Dah dibilang, dia tidak berkorban untuk raja, tapi demi harga dirinya sebagai pengawal raja yang bertugas melindungi raja.

“Raja seharusnya menerima balasan atas perbuatannya!”

“Kamu masih sakit hati kejadian tahun lalu itu yah!”

Tahun lalu Ga pernah bercerita bahwa semua karyawan operasional dirumahkan karena perusahaan tempatnya bekerja sepi order, sementara orang-orang administrasi diijinkan terus masuk kerja.

“Jelas dong, Aku masih marah besar sama mereka!. Kalo aku nih! Bila perusahaan memperlakukan aku dengan buruk, yah aku juga akan bekerja sebatas tuntutan saja!”

“Seperti ceritamu tentang alat yang kau biarkan cepat rusak itu?”

“Dengar nih! Kamu salah menafsirkan ceritaku. Aku tidak membiarkan alat itu cepat rusak!. Aku hanya tidak melakukan pekerjaan tambahan yang akan membuat alat itu lebih awet”.

“Apa bedanya?”

“Beda dong! Aku tetap bertanggung jawab melakukan pemeliharaan rutin. Hanya saja aku tidak menerapkan penemuan baru untuk memperpanjang usia alat. Departemen lain juga tidak ada yang melakukan!”

“Karena mereka tidak tahu!”

“Aku tahu bukan berarti aku harus melakukan! Lagipula buat apa repot-repot dengan kerjaan tambahan untuk menghemat uang perusahaan bila mereka juga tidak memperhatikan aku!”

“Bagaimana dengan ceritamu tentang mesin yang dibeli tanpa dilengkapi aksesoris vital itu?”

“Itu mesin milik departemen lain. Bukan urusanku! Mereka juga tidak bertanya padaku”

“Tapi kamu kan bisa memberitahu mereka!”

“Aku gak mau dianggap sok tahu. Lagipula pekerjaan itu tidak ada sangkut pautnya dengan aku”

“Tapi kan bisa meningkatkan efisiensi produksi bila mesin itu kinerjanya bagus!”

“Itu diluar tanggung jawabku. Sudah kubilang aku tidak akan bekerja diluar tanggung jawabku. Apalagi nasibku tidak pernah diperhatikan! Apa yang bisa mendorongku untuk bekerja lebih dari sekedar tuntutan?. Gak ada! Aku hanya akan bekerja sebatas tanggung jawabku saja!”

“Wah ngambek nih?”

“Gak juga! Aku hanya memberi sebatas mereka memberi!”

“Jadi kau tidak sepakat dengan Ksatria Biru nih?”

“Yah sayang sekali! Tidak semua orang mau jadi Ksatria Biru. Aku punya pendapat sendiri tentang bagaimana aku bertindak!”

”Ya sudah gak papa. Memang ada sih perusahaan yang dulunya baik-baik saja, namun setelah mereka mengabaikan pekerjanya -- mereka dengan cepat merasakan akibatnya. Saat timbul suatu masalah, karyawan bereaksi dengan sangat lambat. Mereka sudah kehilangan rasa memiliki perusahaan. Akibatnya masalah kecil akan menimbulkan kerugian besar karena dibiarkan berlarut-larut!”

“Aku juga pernah dengar cerita itu!”

“Namun dengan bekerja seperti gayamu itu sebenarnya kamu tidak bisa memaksimalkan dirimu! Kamu bekerja pada zone “kelas dua” kemampuanmu Ga!. Mmmm, tapi bila aku dalam posisimu, belum tentu sikapku akan berbeda denganmu. Tapi sudahlah! Pilihan sepenuhnya ada padamu”

“Jadi gimana nih? Kita sepakat untuk berbeda pendapat?”

“OK. Kali ini kita sepakat untuk tidak sepakat!”.





0 komentar:

Post a Comment