Turut Berduka Cita

Kala lidah kelu
tak bisa berucap
walau hanya untuk berkata
‘Turut berduka cita”
serasa harus sebrangi lautan bara
lengkap dengan naga-naga yang semburkan api

Duh diriku jangan terlalu peka
Hembusan angin malam tidak
sedingin yang kau kira
Panasnya terik matahari tidak
sepanas magma di perut bumi

Duhai mengapa kau berdiam diri
di pinggir gelanggang
hanya menonton permainan.
Buka mulutmu dan ucapkanlah
kata-kata yang hendak
kau ucapkan untuknya.

Undil 2007


2 comments:

  1. Duh.. puisinya bikin aku merinding mbak...

    ReplyDelete
  2. hey-hey ralat niy, gw laki2 loh!

    ReplyDelete