People think I’m crazy
‘cause I worry all the time
If you paid attention you’d be worried, too.
You better pay attention
Or this world we love so much
might just kill you
Orang mengira aku gila
karena aku selalu khawatir sepanjang waktu
Seandainya waspada ada pada dirimu
kamu juga akan khawatir seperti aku
Dan sebaiknya berhati-hatilah kamu
atau dunia yang sangat kita cintai ini
diam-diam akan membunuhmu
^_^
Lirik diatas adalah petikan soundtrack Film Seri Detektif Monk. Serial ini menceritakan kehidupan seorang detektif jenius yang selalu berhasil memecahkan kasus-kasus rumit yang dihadapinya.
Nama lengkapnya Adrian Monk. Bekas detektif polisi brilian yang juga merangkap menjadi dosen di akademi polisi. Namun satu kasus kejahatan yang merenggut nyawa istrinya membuatnya shock – dan merubah Monk menjadi pengidap sejenis kelainan jiwa yang disebut obsessive – compulsive.
Kini Monk menjadi seorang yang sering melakukan sesuatu berulang-ulang, mengidap kegilaan pada keteraturan, dan juga terobsesi dengan kesimetrisan.
Memilih adalah sebuah perjuangan berat baginya. Meskipun hanya sekedar memilih pensil warna biru atau hitam. Monk juga memiliki merek tertentu untuk air minum dalam kemasan, dan tidak mau minum merek lain walaupun sebenarnya isinya sama-sama air putih. Bila melihat sesuatu diletakkan tidak simetris dia ingin membuatnya menjadi simetris.
Juga bila melihat keganjilan, misalnya melihat orang mengenakan kemeja dengan krah terlipat dia akan segera membetulkannya tanpa menghiraukan “kekagetan” orang yang memakainya. Monk juga gila sanitasi. Dia selalu meminta tisue antiseptik pada Sharona untuk menyeka tangannya sehabis berjabat tangan dengan orang lain.
Walaupun demikian, Monk dengan segala kelainan jiwanya tidak serta merta tersingkir dari dunia luar. Dia bahkan menjadi detektif langganan polisi San Fransisco. Terutama untuk memecahkan kasus-kasus rumit yang membutuhkan analisa yang tajam.
Dari pekerjaan itulah Monk mendapat penghasilan, sekaligus membayar asisten yang merangkap menjadi sopir pribadi sekaligus “baby sitter” bagi dirinya. Kepolisian-pun sangat terbantu dengan keberhasilan Monk memecahkan kasus-kasus kejahatan yang terjadi di San Fransisco (nae-06).
‘cause I worry all the time
If you paid attention you’d be worried, too.
You better pay attention
Or this world we love so much
might just kill you
Orang mengira aku gila
karena aku selalu khawatir sepanjang waktu
Seandainya waspada ada pada dirimu
kamu juga akan khawatir seperti aku
Dan sebaiknya berhati-hatilah kamu
atau dunia yang sangat kita cintai ini
diam-diam akan membunuhmu
^_^
Lirik diatas adalah petikan soundtrack Film Seri Detektif Monk. Serial ini menceritakan kehidupan seorang detektif jenius yang selalu berhasil memecahkan kasus-kasus rumit yang dihadapinya.
Nama lengkapnya Adrian Monk. Bekas detektif polisi brilian yang juga merangkap menjadi dosen di akademi polisi. Namun satu kasus kejahatan yang merenggut nyawa istrinya membuatnya shock – dan merubah Monk menjadi pengidap sejenis kelainan jiwa yang disebut obsessive – compulsive.
Kini Monk menjadi seorang yang sering melakukan sesuatu berulang-ulang, mengidap kegilaan pada keteraturan, dan juga terobsesi dengan kesimetrisan.
Memilih adalah sebuah perjuangan berat baginya. Meskipun hanya sekedar memilih pensil warna biru atau hitam. Monk juga memiliki merek tertentu untuk air minum dalam kemasan, dan tidak mau minum merek lain walaupun sebenarnya isinya sama-sama air putih. Bila melihat sesuatu diletakkan tidak simetris dia ingin membuatnya menjadi simetris.
Juga bila melihat keganjilan, misalnya melihat orang mengenakan kemeja dengan krah terlipat dia akan segera membetulkannya tanpa menghiraukan “kekagetan” orang yang memakainya. Monk juga gila sanitasi. Dia selalu meminta tisue antiseptik pada Sharona untuk menyeka tangannya sehabis berjabat tangan dengan orang lain.
Walaupun demikian, Monk dengan segala kelainan jiwanya tidak serta merta tersingkir dari dunia luar. Dia bahkan menjadi detektif langganan polisi San Fransisco. Terutama untuk memecahkan kasus-kasus rumit yang membutuhkan analisa yang tajam.
Dari pekerjaan itulah Monk mendapat penghasilan, sekaligus membayar asisten yang merangkap menjadi sopir pribadi sekaligus “baby sitter” bagi dirinya. Kepolisian-pun sangat terbantu dengan keberhasilan Monk memecahkan kasus-kasus kejahatan yang terjadi di San Fransisco (nae-06).
Posting ini adalah retouching atas posting tahun 2006 dengan judul yang sama.
0 komentar:
Post a Comment