Dongeng Sang Kancil dan Siput Berlomba Lari (2)

Dikisahkan bangsa siput menantang kembali Sang Kancil berlomba lari. Dua puluh tahun yang silam siput berhasil memenangkan lomba lari karena kancil yang ditugaskan berlomba lari malahan tidur-tiduran sementara siput merayap dengan pasti menuju garis finish. Penyebab kekalahan kancil adalah dia terlalu meremehkan kemampuan siput dan si kancil lomba adalah seorang pemalas yang suka berleha-leha tidur-tiduran dulu sebelum bekerja. Pada perlombaan kedua yang dilakukan 10 tahun silam kembali siput memenangkan pertandingan berkat strategi siput yang berbaris sepanjang garis start hingga finish. Setiapkali kancil memanggil nama siput, siput yang berada di depan kancil menyahut, begitu seterusnya hingga si kancil kalah dalam pertandingan karena menyangka siput selalu berlari didepannya. Kancil bodoh itu tertipu karena tidak tahu bahwa siput memiliki cangkang yang berbeda-beda pola warnanya sehingga bisa dibedakan satu dengan yang lainnya. Walaupun si kancil lomba itu rajin, dia gagal menang karena ketidakmampuannya membedakan siput. Nah, baru pada perlombaan ketiga ini bangsa kancil berhasil memenangkan pertandingan setelah wakil kancil sukses mengalahkan wakil siput. Disiplin dan etika yang dipaksakan Kancil Senior dengan tangan besi kepada seluruh bangsa kancil telah merubah bangsa kancil menjadi bangsa yang cerdik, cepat dan rajin. Tak heran mereka dengan mudah mengalahkan siput dalam lomba lari.

^_^










Siput menunduk di depan Sang Kancil yang menatapnya dengan iba. Bagaimana mungkin mitos kebesaran siput kini berakhir sedih. Reputasi Siput sebagai si lambat yang tekun melangkah hingga mampu menaklukkan kancil kini sirna sudah. Tak ada lagi sorak sorai penghuni hutan menyambut takluknya kancil yang cerdik cendekia di tangan siput.


“Ijinkan aku berduka. Ijinkan juga aku mengobati rasa dukaku dengan mendengarkan nasehat-nasehatmu” kata Siput merendahkan diri.

“Tak ada alasan yang membuatmu sedih. Kanyataan yang ada di dunia ini senantiasa berubah. Hari kemarin bangsa siput mempecundangi kancil. hari ini giliran kancil yang menang”.

“Kemenangan kami adalah mitos. Sudah jadi kebanggaan bangsa siput menaklukkan kancil yang tersohor kecerdikannya. Sudah menjadi tradisi kami merayakan kebesaran nama kami di seantero hutan raya”

“Dengarlah aku. Selama ini kalian merayakan kebesaran yang semu. Kalian bergembira ria atas kehebatan yang palsu. Prestasi ala kadarnya telah kalian bangga-banggakan”

“Kami benar-benar mengalahkan kancil. Bukan kemenangan semu. Tapi sebenar-benarnya kemenangan. Kami mencapai garis finis lebih dulu daripada kalian”.

“Kalian menang karena kami bodoh dan malas. Kalian menang bukan karena kekuatan kalian tetapi oleh kelemahan para kancil”.

“Apa maksudmu”

“Pertandingan 20 tahun yang lalu kalian menangkan karena kancil yang ditugaskan untuk berlomba lari adalah seorang pemalas. Dia tidur-tiduran sementara wakil siput dengan tekun marayap. Saat Sang Kancil tertidur pulas, siput telah menginjak garis finis. Saat kancil pemalas terbangun, piala kemenangan telah diraih bangsa siput”.

“Tapi kami juga menang pada perlombaan 10 tahun yang lalu”

“Yah, kami belajar dari sejarah. Wakil kancil waktu perlombaan kedua adalah seekor kancil yang rajin. Tapi dia tidak pernah belajar. Dia tidak pernah mengamati tanda-tanda alam. Bangsa siput dengan mudah memperdaya kancil bodoh itu. Kalian berbaris sepanjang rute pertandingan lari, dari garis start hingga garis finish. Setiap kali dia memanggil siput, siput yang berada di depan kancil selalu menyahut. Kancil bodoh itu menyangka siput selalu berlari di depannya, padahal mereka adalah siput-siput berbeda yang berbaris di depannya. Kancil lalai itu tidak bisa membedakan siput satu dengan siput lainnya. Padahal warna rumah-cangkang kalian jelas berbeda-beda, tapi dia tidak menyadari. Dia tidak pernah bersahabat dengan alam. Dia gagal mempelajari ilmu kehidupan”.

“Kini kalian mengalahkan kami. Padahal kami telah mempersiapkan diri dengan baik”

“Kami belajar dari sejarah. Kini kami membangun disiplin dan etika yang membuat seekor binatang layak disebut Sang Kancil. Anak kancil yang tidak memenuhi disiplin dan etika kancil tidak akan diakui sebagai kancil. Dia hanya sebagai kancal saja. Dia tak lebih dari anak biologis dari kancil, tapi tidak layak menyandang gelar Sang Kancil yang senantiasa bijaksana”.

“Kalian membuang anak-anak kalian sendiri?”

“Kami tidak menyia-nyiakan keturunan kami. Bangsa kancil tidak akan membuang anak cucunya. Hanya saja kami telah mendeklarasikan nama Sang Kancil sebagai sebuah gelar kehormatan. Anak-anak kami adalah seekor kancal. Mereka berhak disebut kancil hanya bila belajar keras hingga menjadi cerdik; mampu mengendalikan diri untuk tetap rajin dan menjauhi sifat pemalas, dan berdisiplin latihan lari, sehingga mampu berlari kencang. Hanya seekor kancal yang cerdik, rajin dan cepat yang layak digelari kancil”.

“Dan kemudian kalian mampu mengalahkan kami. Padahal kami juga bekerja keras mempersiapkan siput pilihan untuk bertanding”

“Kalian tidak mau berpikir. Kalian bertanding dengan kami atas sesuatu yang sangat kami kuasai. Kalian seperti mengajak ikan bertanding menyelam”

“Apa maksudmu? Apakah salah bila kami ingin memenangkan pertandingan lari”

Kancil tersenyum mendengar siput mulai terpancing kemarahannya oleh kata-katanya. Apa siy yang salah dengan ambisi yang salah sasaran?. Siput sang perayap akan dengan mudah mengalahkan kancil bila harus bertanding memanjat pohon, lomba meniti sebatang bambu untuk menyeberang sungai, atau menggapai pucuk-pucuk daun pepohonan yang hijau.


Setiap binatang punya kelebihan. Mengapa siput mesti bertanding pada hal-hal yang menjadi titik kelemahannya. Mengapa dia sibuk menambal kelemahan-kelemahannya, bukannya memaksimalkan hal-hal yang menjadi kelebihannya?. Sebuah pertanyaan yang diam-diam kancil simpan dalam hati (undil feb08). Bersambung ke Dongeng Sang Kancil dan Siput Lomba lari (3)

 

Koleksi Dongeng Sang Kancil
Dongeng Sang Kancil dan Siput Berlomba lari (1)
Dongeng Sang Kancil dan Siput Berlomba lari (2)
Dongeng Sang Kancil dan Siput Lomba lari (3)

Dongeng Sang Kancil, Kerbau dan Buaya (1)
Dongeng Sang Kancil, Kerbau dan Buaya (2)
Dongeng Sang Kancil dan Buaya (1)
Dongeng Sang Kancil dan Buaya (2)
Dongeng Sang Kancil dan Buaya (3)
Dongeng Sang Kancil dan Buaya (4)

Dongeng Sang Kancil dan Gong Ajaib
Dongeng Sang Kancil Mencuri Timun

tags: cerita anak, cerita pendek, cerpen, dongeng sang kancil, kancil dan siput

0 komentar:

Post a Comment