Sang Kancil dalam perjalanan
dari Hutan Utopia menuju Gunung Sepikul mengikuti petunjuk buku Mas
Wagenugraha, seorang ahli ilmu hayati paling mumpuni se-Jawa, untuk
mencari rerumputan tahan kekeringan sebagai makanan cadangan rakyatnya di Hutan
utopia. Hari itu Sang Cendekiawan tiba di sebuah kebun tanaman ketimun yang
nampak memiliki batang-batang yang kurus, daun-daun yang sebagian
menguning dan buah-buah kecil yang bergelantungan.
Baru saja dia
duduk, tiba-tiba bertiup angin kencang yang menerbangkan topi orang-orangan –
boneka kayu yang dipasang ditengah kebun ketimun. Sang Kancil segera
berlari mengejar topi itu dan bermaksud memasangnya kembali ke tubuh
orang-orangan. Sialnya saat tangannya menyentuh dada orang-orangan, tangannya
menempel pada tubuh si boneka kayu dan tidak bisa dilepaskan.
Pak Tani yang
menemukan Sang Kancil terjebak pada tubuh orang-orangan langsung menyangka
dirinya berhasil menangkap pencuri yang selama ini mengganggu kebunnya.
Maka ditetapkanlah hukuman pada Sang Kancil untuk bekerja membersihkan ladang
Pak Tani selama 6 bulan terus menerus sebelum dia boleh pergi melanjutkan
perjalanan ke Gunung Sepikul. Selama menjalani masa hukuman Sang Kancil akan
dirantai kakinya dan dijaga oleh Anjing Gembala.
Dari Si Anjing Gembala, Sang Kancil tahu bahwa para petani di desa
akhir-akhir ini kekurangan air karena sumber air yang mengalir dari Gunung
Putih telah dikuasai sekelompok orang bersenjata yang dipimpin seseorang yang
dijuluki Orang Berkumis dari Gunung.
Orangnya tinggi
jangkung, berkulit putih bersih, bermata belo warna biru, berambut
kuning yang dicukur cepak, dan berkumis warna merah yang jarang-jarang
tumbuhnya. Walaupun demikian orang-orang menjulukinya Orang Berkumis dari
Gunung. Orang ini sangat giat mencari pengikut baru. Sepekan sekali dia
membayar tukang teriak di pasar-pasar untuk meneriakkan ajaran-ajarannya
tentang kebebasan tanpa batas. Dia juga mengundang anak-anak muda untuk
berkunjung ke perpustakaan miliknya dan berdiskusi tentang kebebasan.
Setelah merasa
cukup kuat, kelompok orang yang menguasai Gunung Putih itu membendung sumber
air yang memancar dari puncak gunung. Mereka menggali tanah untuk mendapatkan
tembaga dan emas dari gunung. Mereka memerlukan air dalam jumlah banyak untuk
mencuci biji-biji tembaga dan emas yang masih bercampur dengan tanah.
Belasan kali para petani mengirim utusan untuk meminta bendungan dibuka, tetapi selalu ditolak. Akhirnya para petani membentuk pasukan bersenjata dan berusaha merebut kembali gunung itu -- namun selalu gagal. Sebenarnya jumlah kelompok yang dipimpin Orang Berkumis dari Gunung itu tidak banyak. Kekuatan mereka hanya belasan orang pasukan pemanah saja, ditambah beberapa puluh pekerja tambang yang tak pandai memainkan pedang. Namun di sekeliling gunung itu terdapat dinding batu yang tidak bisa ditembus oleh para petani.
Belasan kali para petani mengirim utusan untuk meminta bendungan dibuka, tetapi selalu ditolak. Akhirnya para petani membentuk pasukan bersenjata dan berusaha merebut kembali gunung itu -- namun selalu gagal. Sebenarnya jumlah kelompok yang dipimpin Orang Berkumis dari Gunung itu tidak banyak. Kekuatan mereka hanya belasan orang pasukan pemanah saja, ditambah beberapa puluh pekerja tambang yang tak pandai memainkan pedang. Namun di sekeliling gunung itu terdapat dinding batu yang tidak bisa ditembus oleh para petani.
Setelah mendengar
kisah tentang Orang Berkumis dari Gunung, Sang Kancil minta diantar oleh Anjing
Gembala untuk melihat-lihat sekitar Gunung Putih. Dia tahu persis bahwa
para penghuni gunung sengaja berbuat baik karena mereka ingin mendapatkan pengikut
baru sebanyak-banyaknya untuk membangun negeri para pemuja kebebasan. Mereka
juga sangat membutuhkan pasokan makanan dan pakaian dari desa-desa sekitarnya.
Jika mereka berlaku kasar maka semua penduduk akan membenci dan memboikot
mereka sehingga mereka bakalan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Hanya sebentar
mengamat-amati gunung itu dan melihat benteng batu yang mengelilinginya Sang
Kancil tersenyum dan tahu apa yang harus dilakukan para petani. Untunglah Pak
Tani yang telah frustasi -- dengan antusias menerima tawaran Sang Kancil.
Dia setuju membebaskan Sang Kancil dari hukuman bila berhasil menolong para
petani menaklukkan Orang Berkumis. Maka dikumpulkannya para petani lainnya dan
dikatakan bahwa dirinya akan membentuk pasukan seperti dulu lagi.
Setelah berusaha keras membujuk tetangga-tetangganya, akhirnya terkumpul
juga orang-orang yang akan membebaskan Gunung Putih. Kini tibalah saatnya untuk mempersiapkan semua peralatan yang
dibutuhkan. Mereka mempersiapkan secara diam-diam karena khawatir rencana itu
bocor ke telinga Orang Berkumis dari yang telah memiliki simpatisan
dimana-mana. Oleh karena itu mereka membuat persiapan di gudang bawah tanah di
bawah lumbung padi Pak Tani. Para petani secara bergiliran datang ke gudang itu
dan membuat persiapan di sana.
^_^
Malam yang
dinantikan tiba. Bulan muda sedang kecil-kecilnya, sementara mendung
menggantung di langit menutup cahaya bintang-bintang. Malam gelap gulita
menyelimuti Gunung Putih. Malam yang sempurna untuk menjalankan strategi
pembebasan Sang Kancil. Pada malam yang sunyi itu nampak sekelompok petani
bersama Sang Kancil mendaki Bukit Biru yang terletak di sebelah utara Gunung
Putih. Mereka menenteng Gantole-gantole besar yang terbuat dari kain dan rangka
bambu. Rupanya para petani itu hendak menerobos Gunung Putih dari udara.
Mereka akan menaiki Gantole yang akan membawa mereka terbang bersama angin yang
bertiup kencang.
Awalnya
nampaklah satu buah Gantole terbang dari atas Bukit Biru. Setelah nampak
gantole itu terbang mulus mengelilingi bukit, segera diikuti oleh puluhan
Gantole lain yang menyusul membelah langit malam yang kelam. Hingga tengah
malam telah ratusan Gantole melayang mengitari Bukit Biru. Tak berapa lama
kemudian Gantole-gantole itu bergerak menuju Gunung Putih.
Mereka nampak
mengitari gunung itu satu kali sebelum tiba-tiba menukik turun ke sebelah dalam
benteng yang mengitari Gunung Putih. Ratusan petani itu terjun langsung
ke markas Orang Berkumis dari Gunung Putih yang telah berbulan-bulan
membendung air mereka.
Terjadilah
pertempuran seru di dalam Gunung Putih. Belasan pasukan Orang Berkumis kaget
sekali mengalami serangan mendadak dari udara. Mereka sama sekali tidak
menyangka bakalan digempur dari udara sehingga nampak tidak siap mengalami
pertempuran jarak dekat. Mereka dengan cepat keteteran menghadapi para
petani yang menyerbu dengan senjata-senjata terhunus.
Serangan dari udara
adalah sesuatu yang sama sekali tak pernah terpikirkan oleh Orang Berkumis.
Pasukan pemanah tidak dipersiapkan untuk melawan banyak orang dalam pertempuran
jarak dekat. Perlahan namun pasti pasukan Gunung Putih terdesak mundur. Mereka
terdesak semakin mendekati markas pimpinan mereka yang berupa sebuah rumah
besar dari batu. Satu persatu para gerombolan Gunung Putih itu jatuh ke tanah
tak berdaya menghadapi keperkasaan pasukan petani. Sisanya menyerah sambil
melolong-lolong minta diampuni. Tak ada pilihan lain bagi Orang Berkumis selain
menyerah.
Malam itu juga
aliran sungai menuju desa dibuka kembali. Perpustakaan yang dimiliki Orang
Berkumis itu diambil alih oleh para petani. Buku-buku yang bermanfaat
dipertahankan sedangkan buku-buku sesat tentang kebebasan tanpa batas dibakar
habis oleh para petani.
Dari catatan-catatan yang ada di perpustakaan Gunung Putih diketahui bahwa di gunung tersebut bersarang sekelompok tikus besar pemakan ketimun yang sering turun ke desa untuk mencari makan. Tikus itu juga suka mengganggu gudang makanan milik Orang Berkumis, namun mereka hanya menyantap simpanan makanan berupa ketimun. Orang Berkumis belum berhasil menemukan tempat persembunyian tikus-tikus besar tersebut sehingga belum berhasil memusnahkan mereka. Dari catatan itulah Pak Tani tahu bahwa selama ini para pencuri ketimun bersembunyi di gunung ini (undil – 2012).
tags: wagenugraha, cerita anak, dongeng kancil
Dari catatan-catatan yang ada di perpustakaan Gunung Putih diketahui bahwa di gunung tersebut bersarang sekelompok tikus besar pemakan ketimun yang sering turun ke desa untuk mencari makan. Tikus itu juga suka mengganggu gudang makanan milik Orang Berkumis, namun mereka hanya menyantap simpanan makanan berupa ketimun. Orang Berkumis belum berhasil menemukan tempat persembunyian tikus-tikus besar tersebut sehingga belum berhasil memusnahkan mereka. Dari catatan itulah Pak Tani tahu bahwa selama ini para pencuri ketimun bersembunyi di gunung ini (undil – 2012).
tags: wagenugraha, cerita anak, dongeng kancil
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny