Pohon-pohon Tua di Kantorku

Berdiri di sisi selatan lapangan rumput saat peringatan 61 tahun Indonesia merdeka, Shinichi Kudo baru menyadari bahwa pokok batang pohon cemara yang berada tepat di depan gedung sekretariat ternyata condong ke timur. Mungkin pohon tersebut memburu sinar matahari pagi yang datang dari arah timur karena sinar matahari saat tergelincir ke barat terhalang oleh gedung sekretariat yang tinggi menjulang di sebelah utara lapangan.


Namun satu hal yang lebih menarik adalah pohon-pohon --- yang telah sedemikian tua hingga batangnya diselimuti lumut tersebut --- tak sepenuhnya berdaun hijau mulus. Sebagian dari cemara yang berderet di sisi utara, sisi barat dan sisi timur lapangan dihiasi sekelompok ranting-ranting gundul tak berdaun.

Dahan dan ranting polos tanpa daun mungkin bukan merupakan masalah besar bila mengingat saat ini adalah musim kemarau. Artinya fenomena itu hanyalah ritual meranggas di musim kemarau. Akan lain ceritanya bila sebuah pohon tua mengalami kerontokan daun karena serangan penyakit atau hama. Ujung-ujungnya pohon tua menjadi gundul, bahkan mengering lalu mati atau tumbang. Akibatnya “prasasti” yang telah menjadi saksi perkembangan sebuah perusahaan selama puluhan tahun akan lenyap dari muka bumi.

^_^

Dibalik setiap masalah ada peluang. Barangkali pepatah itulah yang sangat tepat untuk menggambarkan nasib pohon-pohon tua yang telah menjadi bagian dari tradisi sebuah perusahaan. Sebenarnya banyak perusahaan yang membutuhkan seorang ahli tanaman atau lebih spesifik lagi seseorang yang memiliki keahlian merawat pohon-pohon tua sehingga tetap sehat dan berdaun rimbun.


Seorang profesional yang yang memiliki pengetahuan yang cukup untuk mencegah dan menanggulangi penyakit pohon-pohon tua yang berasal dari jamur, bakteri atau virus. Dia juga harus memiliki ketrampilan menangkal serangan hama, baik serangga seperti rayap atau serangan mamalia pengerat batang sejenis tikus dan teman-temannya.

Seiring perkembangannya --- kebutuhan sebuah perusahaan juga akan bertambah. Bukan lagi sekedar aspek primer seperti gedung, tempat parkir, aula, sarana olahraga, poliklinik dan kantin, namun juga hal-hal penunjang seperti museum dan lingkungan yang asri. Perawatan pohon-pohon di lingkungan perusahaan lambat laun akan menjadi salah satu kebutuhan untuk kepentingan keindahan, kesegaran udara dan juga nostalgia sejarah. Satu kebutuhan yang suatu saat akan disadari oleh sebuah perusahaan yang telah maju.

Bisakah diharapkan perusahaan-perusahaan akan membuka iklan di koran untuk mencari ahli yang sanggup merawat pohon-pohon bersejarah yang mereka miliki? Mungkin saja hal itu terjadi. Namun rasanya lebih tepat bila sebuah biro konsultan yang melakukannya. Perusahaan cenderung berkonsentrasi pada bisnis intinya. Urusan pohon-pohon tua adalah core bisnis bagi biro konsultan perawatan tanaman atau biro konsultan arsitektur tumbuhan. Jadi merekalah yang seharusnya melihatnya sebagai peluang bisnis.

Menawarkan diri pada perusahaan untuk melengkapi museum perusahaan dengan memelihara “museum hidup”, yaitu pohon-pohon tua yang telah menjadi landmark perusahaan. Menawarkan diri untuk memelihara pohon-pohon muda di lingkungan perusahaan agar kelak dapat menjadi museum hidup dan saksi sejarah perkembangan perusahaan. Dua peluang itu sangat layak diperhitungkan. Karena perusahaan cenderung menyerahkan urusan pohon-pohonan kepada profesional daripada harus mengangkat karyawan baru untuk menanganinya.

Jika melihat program studi-program studi yang ada di perguruan tinggi di Indonesia rasanya tak kurang jumlah orang yang memiliki dasar-dasar pengetahuan yang cukup tentang tanaman. Mereka hanya perlu mendalami teknik perawatan pohon-pohon tua dan sedikit ilmu tentang arsitektur tumbuhan. Tentu saja ditambah dengan kemampuan persuasif untuk meyakinkan perusahaan-perusahaan akan perlunya perawatan pohon-pohon tua sebagai bagian dari sejarah perusahaan (umbulharjo jogja)

0 komentar:

Post a Comment