Waktu serasa berjalan begitu lambat dengan vesica urinaria yang penuh.
Sementara obrolan dengan tuan rumah masih berlangsung dengan hangat.
Perjalanan panjang jauh ke luar kota di jalan bergelombang-- tidak rata-- untuk melayat ke rumah seorang teman membuat kandung kemih Shinichi Kudo benar-benar full tank. Tak ada jalan lain untuk menghindari kebocoran yang tidak diinginkan --- selain mencari kamar kecil untuk mengosongkannya. Acara pemakaman telah dilakukan hari sebelumnya. Kedatangan Shinichi beserta teman-temannya dalam rangka menyatakan belasungkawa.
Mereka ditemui di ruang tamu oleh si teman, beberapa orang perempuan muda yang diperkenalkan sebagai para sepupunya dan seorang paruh baya berkemeja putih dan bercelana putih -- Bapaknya. Mata gadis itu masih kelihatan sembab habis menangis. Dia duduk bersandar dikelilingi oleh sepupu-sepupu perempuannya. Si Bapak yang lebih banyak bicara. Mulai tentang kronologi dari sakit hingga meninggalnya istrinya, kebiasaan sehari-hari si istri, sampai cerita tentang masa kecil si teman.
Waktu serasa berjalan begitu lambat dengan vesica urinaria yang penuh. Sementara obrolan dengan tuan rumah masih berlangsung dengan hangat. Tak ada tanda-tanda akan segera berakhir. Tak ada jalan lain bagi Shinichi. Diberanikan dirinya meminta ijin untuk memakai kamar kecil si empunya rumah. Toh dia dalam perjalanan jauh ke luar kota sehingga permintaan itu bukanlah hal yang memalukan.
“Mmm Maaf Pak. Boleh numpang ke kamar kecil?” tanya Shinichi malu-malu.
Si Bapak tersenyum simpul, diikuti tawa teman-teman Shinichi. Kemudian ditunjukkannya kamar kecil yang ada di rumah itu. Diluar dugaan Shinichi, beberapa teman membuntuti dirinya ke kamar kecil. Rupanya mereka menghadapi “kasus” yang sama dengannya, namun malu untuk mengungkapkan. Shinichi yang menganggap dirinya agak pemalu surprise banget. Ternyata tidak selamanya dia lebih pemalu dibanding teman-temannya. Barangkali juga saat itu dia sedang berubah menjadi seseorang yang malu-maluin. Namun lepas dari semua itu, Shinichi heran atas mudahnya sebuah “masalah rumit” diselesaikan, hanya dengan menekan rasa malu untuk minta bantuan orang lain. (jl. makmur no. 14 bandung)
Perjalanan panjang jauh ke luar kota di jalan bergelombang-- tidak rata-- untuk melayat ke rumah seorang teman membuat kandung kemih Shinichi Kudo benar-benar full tank. Tak ada jalan lain untuk menghindari kebocoran yang tidak diinginkan --- selain mencari kamar kecil untuk mengosongkannya. Acara pemakaman telah dilakukan hari sebelumnya. Kedatangan Shinichi beserta teman-temannya dalam rangka menyatakan belasungkawa.
Mereka ditemui di ruang tamu oleh si teman, beberapa orang perempuan muda yang diperkenalkan sebagai para sepupunya dan seorang paruh baya berkemeja putih dan bercelana putih -- Bapaknya. Mata gadis itu masih kelihatan sembab habis menangis. Dia duduk bersandar dikelilingi oleh sepupu-sepupu perempuannya. Si Bapak yang lebih banyak bicara. Mulai tentang kronologi dari sakit hingga meninggalnya istrinya, kebiasaan sehari-hari si istri, sampai cerita tentang masa kecil si teman.
Waktu serasa berjalan begitu lambat dengan vesica urinaria yang penuh. Sementara obrolan dengan tuan rumah masih berlangsung dengan hangat. Tak ada tanda-tanda akan segera berakhir. Tak ada jalan lain bagi Shinichi. Diberanikan dirinya meminta ijin untuk memakai kamar kecil si empunya rumah. Toh dia dalam perjalanan jauh ke luar kota sehingga permintaan itu bukanlah hal yang memalukan.
“Mmm Maaf Pak. Boleh numpang ke kamar kecil?” tanya Shinichi malu-malu.
Si Bapak tersenyum simpul, diikuti tawa teman-teman Shinichi. Kemudian ditunjukkannya kamar kecil yang ada di rumah itu. Diluar dugaan Shinichi, beberapa teman membuntuti dirinya ke kamar kecil. Rupanya mereka menghadapi “kasus” yang sama dengannya, namun malu untuk mengungkapkan. Shinichi yang menganggap dirinya agak pemalu surprise banget. Ternyata tidak selamanya dia lebih pemalu dibanding teman-temannya. Barangkali juga saat itu dia sedang berubah menjadi seseorang yang malu-maluin. Namun lepas dari semua itu, Shinichi heran atas mudahnya sebuah “masalah rumit” diselesaikan, hanya dengan menekan rasa malu untuk minta bantuan orang lain. (jl. makmur no. 14 bandung)
0 komentar:
Post a Comment