Adalah Ahmad Mimar Sinan, ketua RW 77 yang bagaikan mendapat durian runtuh kala para warga mengadukan tanah kosong seluas dua lapangan bola yang tadinya dijadikan tempat main sepak bola dan aneka olahraga lainnya oleh anak-anak muda, kini mendadak sepi.
Penyebabnya sederhana, Pemerintah Kota alias Pemkot menggratiskan sebuah lapangan besar dekat kampung Sinan yang baru saja selesai dibangun untuk aktivitas warga kota.
Jadilah anak-anak muda lebih senang datang ke sana karena tempatnya jauh lebih nyaman, rumputnya empuk terpelihara dan tersedia fasilitas penunjang seperti kamar ganti yang jauh lebih baik.
Sinan gembira mendengar pengaduan warga yang mendadak warungnya sepi atau yang khawatir jika dibiarkan kosong akan menjadi tempat berbuat yang bukan-bukan makanya mereka berharap Sinan memberi solusi.
Meskipun banyak usulan untuk menjadikannya Taman Bermain Anak, Kebun Buah-buahan, Arena Senam Pagi atau bahkan amphitheater untuk pertunjukan kesenian tradisional-- Sinan lebih suka menjadikannya sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang jauh lebih bermanfaat bagi warga daripada sekedar tempat rileks menikmati taman, hiburan atau olahraga.
"Bapak-bapak sekalian, saya punya usulan yang jauh lebih bermanfaat daripada menjadikan lahan kosong kita -- yang sangat langka dimiliki oleh kampung lain -- sebagai tempat bersenang-senang, menghibur diri atau arena berolahraga. Saya akan menjadikannya pasar gratis yang bebas biaya sewa bagi siapa saja warga yang mau berjualan!"
Mendadak para hadirin pada sidang RW menjadi riuh rendah saling berbicara satu sama lain karena saking kagetnya. Pasar gratis bagi semua pedagang adalah sebuah ide yang luar biasa baru bagi mereka. Seketika juga mereka ingat bahwa selama ini mereka memiliki produk-produk yang dipasarkan lewat para pemilik toko besar. Marginnya tipis karena toko-toko besar itu harus menyewa tempat di Mal yang mahal.
Kini mereka punya tempat berjualan sendiri yang gratis!. Sesuatu yang sama sekali tak terbayangkan.