Benarkah Kasta adalah Kenyataan Sosial? (2)

Tanpa pemahaman tentang kasta --- seseorang bisa terjebak untuk marah-marah pada lingkungan sekitarnya yang dianggapnya susah diatur dan berperilaku seenaknya. Padahal yang dia hadapi sebenarnya adalah perilaku sekelompok orang dengan kebiasaan yang berbeda dengan kebiasaan dirinya. Mereka membutuhkan perlakuan yang berbeda.

^_^

Di dalam tradisi lama --- setidaknya tradisi lama versi Shinichi Kudo --- manusia dibagi menjadi tiga kasta. Hanya saja kasta disini bukan didasarkan pada keturunan atau kekayaan. Tetapi didasarkan pada adat kebiasaan sehari-hari seorang individu atau sekelompok orang. Terutama pada bagaimana cara memberi peringatan kepada mereka.

Kasta pertama adalah kasta yang dikenal dengan nama priyayi. Untuk memberi peringatan pada kasta ini orang cukup dengan mengerdipkan mata atau dengan bahasa-bahasa isyarat yang lain. Misalnya bila hendak melarang mereka mendebat kata-kata seorang dalam sebuah meeting, cukup dengan memberi tatapan mata dan mereka akan langsung tahu bahwa mereka harus diam. Demikian juga dengan larangan parkir di tempat tertentu, cukup dengan memberi rambu dilarang parkir disitu. bahkan kadangkala tanpa ada tanda-tanda apapun mereka cukup tahu diri untuk tidak parkir di tempat itu. Soal antri, nggak perlu diberi papan peringatan untuk antri mereka dengan sendirinya akan antri.

Kasta kedua adalah kasta yang tidak sesensitif kasta pertama. Kasta ini memerlukan isyarat jelas berupa kata-kata atau tanda-tanda untuk membuat mereka mengerti. Misalnya hendak menyuruh mereka antri beli tiket, maka harus diteriakkan dengan kata-kata yang vulgar atau ditulis dengan papan nama yang besar agar mereka menyadari bahwa mereka harus antri. Untuk melarang mereka parkir di tempat tertentu harus dengan sebuah tulisan besar dilarang parkir disini atau dengan memasang police line. Mereka membutuhkan tanda-tanda yang jelas, tidak cukup dengan bahasa isyarat yang samar.

Kasta ketiga adalah kasta terendah. Kasta ini membutuhkan perlakuan fisik agar dapat menangkap sebuah peringatan. Bila hendak melarang mereka berdebat dengan seseorang pada sebuah meeting, maka harus ada seseorang yang membawa dia keluar dari ruangan meeting atau langsung dibentak agar diam. Bila hendak menyuruh mereka antri harus dipasang pagar besi yang tidak memungkinkan dia menyerobot antrian. Untuk melarang mereka parkir ditempat tertentu harus dengan membangun pagar atau dipasang portal. Hanya barrier fisik yang mampu membuat mereka patuh.

^_^

Sebenarnya salah satu faktor utama menciptakan kasta adalah pendidikan dalam arti luas, bukan pendidikan formal saja. Karena untuk dapat menangkap isyarat-isyarat yang samar orang memerlukan pengetahuan. Pengetahuan tentang hal-hal yang seharusnya dilakukan, yang tidak boleh dilakukan dan hal-hal yang lebih baik tidak dilakukan. Pendidikan akan memberi perangkat untuk memilah-milah perilaku yang seharusnya diterapkan pada satu situasi. Dengan bekal tersebut seseorang dengan cepat akan menyadari bahasa isyarat yang ditujukan kepadanya tanpa perlu dikatakan secara vulgar.

^_^

Pemahaman atas kasta-kasta manusia ini juga akan sangat berguna dalam mempersiapkan diri menghadapi berbagai macam kebiasaan manusia. Tanpa pemahaman tentang kasta --- orang bisa terjebak untuk marah-marah pada lingkungan sekitarnya yang dianggapnya susah diatur dan berperilaku seenaknya. Padahal yang dia hadapi sebenarnya adalah perilaku sekelompok orang dengan kebiasaan yang berbeda dengan kebiasaan dirinya. Mereka membutuhkan perlakuan yang berbeda. (nl–bandung)

4 comments:

  1. kasta itu sodaraan ama pasta yah??
    *halaaahhh*

    ReplyDelete
  2. yg pasti bukan sodaranya pasta gigi

    ReplyDelete
  3. herannya orang Indo secara g langsung seneng di-kasta-in, liat aja kalo kondangan kawinan ada kursi VIP ada kursi biasa, dan anehnya tetep sukarela ditaro di 'kasta yang lebih rendah'...sungguh orang yang rendah hati...atau rendah diri???

    ReplyDelete
  4. mungkin karena dah sering, jadi g ngerasa yah dibeda2in.

    ReplyDelete