“Kakakmu itu kok bisa-bisanya menikmati banyak hal pada satu waktu?” tanya teman adik Shinichi Kudo pada si adik pada suatu ketika.
“Nonton TV, ndengerin radio, baca koran, nulis di kertas, minum teh dan makan siang dilakukan pada waktu bersamaan. Ajaib sekali, kok bisa menikmati semuanya bersamaan! lanjutnya
“Iya, aku juga heran. Emang sih dia orangnya kayak gitu!” jawab adik Shinichi seenaknya.
“Besok aku ingin coba kaya kakakmu juga ah, siapa tahu emang lebih asyik!
^_^
“Kamu kok suka sih, nulis sambil gak lihat ke kertas yang sedang kamu tulisin?” tanya teman Shinichi Kudo keheranan. Terkadang Shinichi memang menulis tanpa melihat kertas yang sedang ditulis -- karena matanya melihat buku, slide atau tulisan di papan tulis yang sedang disalin ke buku catatan.
^_^
Jangan pernah mengira Shinichi mengetahui bahwa dirinya punya dua kebiasaan “aneh” tersebut kalau tidak ada orang lain yang mengatakan padanya. Shinichi tak pernah menyadari dia suka melakukan banyak hal pada satu waktu – jika tidak dipergoki oleh teman adiknya yang sedang main ke rumah. Shinichi juga tak pernah sadar bahwa dia suka menulis tanpa melihat kertas yang sedang ditulis bila temannya tidak menyatakan keheranannya.
Banyak kebiasaan sehari-hari yang tidak kita sadari sampai seseorang memberitahu kita. Tidak masalah bila kebiasaan tersebut baik. Namun akan jadi masalah bila itu sebuah kebiasaan buruk yang membuat orang lain bete. Apalagi tidak semua orang bersedia mengatakan hal-hal yang mengganggu-dia -- pada kebiasaan kita. Bahkan ada orang yang suka “menabung” kekesalan terhadap perilaku kita sampai bertahun-tahun. Suatu saat kekesalan itu bisa “meledak” dalam wujud memarahi diri kita habis-habisan hanya karena sebuah kesalahan kecil. Terkadang sampai membuat kita terheran-heran melihat besarnya timbunan “dosa” kita -- yang membuat dia begitu menderita. Jadi selama ini kebiasaan yang menurut kita asyik-asyik saja ternyata adalah “bencana” buatnya.
Sebenarnya bila berminat -- kita bisa menurunkan peluang terjadinya hal itu dengan melakukan instropeksi. Kalau mau, kita bisa mengoreksi diri sebelum orang lain yang melakukannya. Cara lain adalah mencari info kebiasaan buruk kita ke orang-orang sekitar kita – namun syaratnya sangat berat, yakni kita harus benar-benar tebal telinga – harus siap-siap tersinggung berat tanpa diikuti marah-marah pada si pemberi info. (nl)
“Nonton TV, ndengerin radio, baca koran, nulis di kertas, minum teh dan makan siang dilakukan pada waktu bersamaan. Ajaib sekali, kok bisa menikmati semuanya bersamaan! lanjutnya
“Iya, aku juga heran. Emang sih dia orangnya kayak gitu!” jawab adik Shinichi seenaknya.
“Besok aku ingin coba kaya kakakmu juga ah, siapa tahu emang lebih asyik!
^_^
“Kamu kok suka sih, nulis sambil gak lihat ke kertas yang sedang kamu tulisin?” tanya teman Shinichi Kudo keheranan. Terkadang Shinichi memang menulis tanpa melihat kertas yang sedang ditulis -- karena matanya melihat buku, slide atau tulisan di papan tulis yang sedang disalin ke buku catatan.
^_^
Jangan pernah mengira Shinichi mengetahui bahwa dirinya punya dua kebiasaan “aneh” tersebut kalau tidak ada orang lain yang mengatakan padanya. Shinichi tak pernah menyadari dia suka melakukan banyak hal pada satu waktu – jika tidak dipergoki oleh teman adiknya yang sedang main ke rumah. Shinichi juga tak pernah sadar bahwa dia suka menulis tanpa melihat kertas yang sedang ditulis bila temannya tidak menyatakan keheranannya.
Banyak kebiasaan sehari-hari yang tidak kita sadari sampai seseorang memberitahu kita. Tidak masalah bila kebiasaan tersebut baik. Namun akan jadi masalah bila itu sebuah kebiasaan buruk yang membuat orang lain bete. Apalagi tidak semua orang bersedia mengatakan hal-hal yang mengganggu-dia -- pada kebiasaan kita. Bahkan ada orang yang suka “menabung” kekesalan terhadap perilaku kita sampai bertahun-tahun. Suatu saat kekesalan itu bisa “meledak” dalam wujud memarahi diri kita habis-habisan hanya karena sebuah kesalahan kecil. Terkadang sampai membuat kita terheran-heran melihat besarnya timbunan “dosa” kita -- yang membuat dia begitu menderita. Jadi selama ini kebiasaan yang menurut kita asyik-asyik saja ternyata adalah “bencana” buatnya.
Sebenarnya bila berminat -- kita bisa menurunkan peluang terjadinya hal itu dengan melakukan instropeksi. Kalau mau, kita bisa mengoreksi diri sebelum orang lain yang melakukannya. Cara lain adalah mencari info kebiasaan buruk kita ke orang-orang sekitar kita – namun syaratnya sangat berat, yakni kita harus benar-benar tebal telinga – harus siap-siap tersinggung berat tanpa diikuti marah-marah pada si pemberi info. (nl)
0 komentar:
Post a Comment