Suatu hari seorang pegawai Jowarno datang kepadanya dan protes karena seorang anak muda yang baru dua tahun bekerja justru diangkat menjadi kepala restoran ayam goreng yang baru saja dibuka, sedangkan si pegawai yang sudah belasan tahun bekerja tidak mendapat promosi. Jowarno kemudian bertanya pada pegawai tersebut apa yang akan dia lakukan kalau dia diangkat menjadi kepala restoran:
"Saya akan bekerja sebaik-baiknya Pak. Saya akan berusaha untuk membuat restoran ini dapat menyajikan ayam goreng yang enak, harga terjangkau dan pembeli dilayani dengan ramah"
Kemudian Jowarno memanggil anak muda yang baru saja diangkat menjadi kepala restoran dan menanyakan pertanyaan yang sama.
"Seperti yang pernah saya utarakan Pak. Di sekitar sini sudah berdiri dua belas restoran ayam goreng yang sama dengan kita. Jadi kita harus punya nilai lebih. Makanya dalam restoran saya akan membuat minimarket yang menyediakan aneka cemilan dan barang kebutuhan sehari-hari sehingga orang bisa berbelanja sambil makan. Saya juga akan membuat menu-menu yang tidak dimiliki restoran lain, seperti ayam rica-rica, sop ayam, dan ayam taliwang. Saya juga akan membuat standar waktu penyajian makanan yang menjadi persyaratan seseorang bisa diterima menjadi pelayan restoran, misalnya sop ayam maksimal 1 menit, ayam goreng maksimal 3 menit dan ayam taliwang maksimal 10 menit"
Setelah anak muda itu pergi, Jowarno berkata kepada si pegawai senior.
"Kau dengar itu. Anak muda itu melakukan pengamatan atas posisi restoran kita diantara restoran yang lain. Kemudian dia mencetuskan solusi-solusi yang akan dilakukan untuk mendapatkan pelanggan di arena persaingan itu. Memang solusinya belum tentu benar, tetapi itu menunjukkan bahwa dia bekerja berangkat dari realitas lapangan dan memiliki visi yang jelas tentang pengembangan restoran. Aku ingin kepala restoranku seperti itu (Undil-2013).
0 komentar:
Post a Comment