Sesaat setelah
infeksi virus HIV, viral load (kadar virus) individu yang terinfeksi akan mengalami pertumbuhan secara ekponensial. Puncak dari kurva pertumbuhan tersebut berkaitan
dengan respon imun terhadap HIV. Respon
imun terhadap HIV melibatkan antibody maupun sel T mampu mengontrol jumlah virus HIV, tetapi
tidak mengeliminasinya.
Gambar 1. Anatomi Virus HIV
Sesaat setelah
infeksi, antigen p24 terdeteksi di dalam serum. Antigen
yang bersirkulasi tersebut tiba-tiba menghilang setelah si individu seroconvert, mengembangkan respon
antibodi terhadap envelope dan core antigen. Sebagian besar respon antibodi humoral tidak
menargetkan envelope virus dan tidak
memiliki efek netralisasi. Antibodi netralisasi menargetkan epitop tertentu di
dalam region loop gp120 dan kompleks prefusi
gp4120. Sejumlah kecil antibodi baru muncul setelah tiga hingga enam bulan
setelah infeksi dan dalam titer yang rendah.
Sel T CD8+ (Sitotoksik)
Kelanjutan dari
pengenalan antigen virus yang dipresentasikan oleh molekul MHC kelas I, sel T
CD8+ berubah menjadi sel CTL yang membunuh sel yang mempresentasikan antigen virus. Kerja CTL dilakukan dengan cara induksi apoptosis
dengan melepaskan molekul sitotoksik perforin
dan granzyme A/B atau dengan
mengaktifkan jalur fast-ligand. Respon
CTL yang terdeteksi selama terjadiya infeksi kebanyakan hilang saat peyakit mencapai
fase akhir. Respon CTL menghambat replikasi virus dan berperan penting dalam
kontrol awal infeksi HIV dan mengendalikan setpoint virus.
Sifat kualitatif
respon sel T CD8+ oleh setiap individu ditentukan oleh tipe MHC yang
dimilikinya. Secara umum respon terfokus pada minggu pertama hingga sebulan
setelah infeksi, dan kemudian meluas selama fase asymptomatic, dan akhirnya menurun. Pada sejumlah individu mampu mengenali berbagai
macam epitop. Epitop-epitop tersebut terdapat pada sebagian besar protein yang
diekspresikan oleh virus. Tidak semua CD8+ CTL memiliki keefektifan yang sama.
Pada individu terinfeksi HIV khususnya yang memiliki kadar virus yang tinggi,
CD8+ CTL tidak didominasi oleh sel
memori tetapi oleh sel efektor yang memiliki kemampuan replikasi terbatas.
Sel T CD8+ (Non Sitotoksik)
CD8 anti viral factor (CAF) non sitotoksik
adalah mekanisme lain dari Sel T CD8+ untuk mengendalikan replikasi virus pada
sel CD4+ yang terinfeksi. Hasilnya bukan
berupa matinya sel CD4+. Chemokin β MIP-1α, MIP-1β
dan RANTES yang ligand alaminya adalah reseptor CCR5, membentuk komponen CAF.
Komponen tersebut menghambat masuknya virus, dengan mengganggu pengikatan gp120
ke HIV-coreceptor CCR5. Terdapat juga
komponen lain dari CAF yang berperan setelah virus masuk, yaitu dengan cara
menghambat transkripsi virus. Aktifitas CAF tertinggi terjadi pada saat awal
proses penyakit.
Sel T CD4+
Pada infeksi
virus selain HIV, bersamaan dengan Sel T CD8+, pengenalan peptida antigenik
virus mengaktifkan respon Sel T helper
(Th) CD4+, mendorong ekspresi berbagai macam sitokin termasuk IL-2, IFN-y dan
tumor necrosis factor (TNF)-β) yang mengkoordinasi respon multiseluler yang
dimediasi sel untuk menghadapi masuknya
virus.
Pada kasus
infeksi HIV Sel T CD4+ distimulasi dengan cara yang sama. Sel T CD4+ spesifik
terhadap HIV terdeteksi di awal munculnya penyakit. Virus HIV lebih mudah menginfeksi
sel yang teraktifasi karena sel teraktivasi mengekspresikan co-receptor CCR5
pada level tinggi. HIV juga lebih mudah bereplikasi pada sel yang sedang
memperbanyak diri.
Sel T CD4+ sering terinfeksi pada tahap awal penyakit
dan kemudian sukar untuk dideteksi. Antigen spesifik Sel T CD4+ terdeteksi pada
level rendah pada tahap infeksi berikutnya, kecuali pada subpopulasi individu yang mampu mengendalikan infeksi
secara alami (long-term non-progressor).
Sebagian besar Sel T CD4+ spesifik terhadap HIV mampu memproduksi IFN-y
tetapi bukan IL-2. Tanpa adanya bantuan CD4 membuat respon sel T CD8+ dan respon antibodi
netralisasi melemah, terutama respon terhadap varian baru virus. Pada tahap berikutnya CD4 kehilangan kemampuan
untuk merespon patogen lain, sehingga bila terjadi infeksi oleh patogen lain
tubuh tidak akan memberikan respon imun yang memadai.
Antibodi
Envelope HIV
adalah target utama respon imun humoral, antibodi netralisasi mentargetkan epitop
protein envelope. Virus mengembangkan
berbagai macam mekanisme untuk menghindari efek antibodi netralisasi. Beberapa
epitop netralisasi bersifat cryptic,
tersembunyi di dalam struktur protein molekul dan terekspos hanya sementara
pada saat perubahan konformasional glikoprotein selama masuknya virus ke dalam
sel atau persentuhan dengan antibodi netralisasi sekunder.
Antibodi harus memiliki afinitas yang kuat
dan cepat sehingga dapat berkompetisi dengan ligand alaminya.Virus juga bisa melindungi
epitop netralisasi utama dengan protein glikan yang membentuk tameng yang memiliki
habatan sterik terhadap interaksi anti-gp120. Cara penghindaran lain adalah
sifat glikoprotein yang mudah bermutasi yang membuat virus terhindar dari
antibodi netralisasi (translated by undil).
Gambar 2. Respon Imun terhadap HIV
Gambar 3. Tahapan respon imun terhadap HIV
Sumber:
- Kelleher A., Bockel D., 2004, Imune Response to HIV, Business Briefing: Clinical Virology & Infectius Diseases. http://www.touchbriefings.com/pdf/1043/Kelleher_edit.pdf
- Gambar 1. diambil dari http://www.itg.be/internet/e-learning/written_lecture_eng/1_hiv_structure.html. Tanggal akses 12-01-2013
- Gambar 2 diambil dari http://www.itg.be/internet/e-learning/written_lecture_eng/6_immune_responses_to_hiv_infection.html. Tanggal akses 12-01-2013
- Gambar 3 diambil dari http://www.itg.be/internet/e-learning/written_lecture_eng/6_immune_responses_to_hiv_cont.html. Tanggal akses 12-01-2013
saya lagi nyusun tugas akhir tentang HIV dan kebetulan dosping minta hubungan CD4 dan CD8, jadi saya bisa minta file tentang imune response to HIV kelleher gak? soalnya alamatnya not found. terimakasih
ReplyDelete